SITUASI TERKINI PENGUNGSI DI DISTRIK OKSOB, PEGUNUNGAN BINTANG 

PULUHAN BALITA, IBU HAMIL, DAN LANSIA MELARIKAN DIRI KE HUTAN DI PEGUNUNGAN BINTANG DI MASA ADVENT (NATAL)

Kronologi Pengungsi di Kabupaten Pegunungan Bintang yang Melibatkan Warga Sipil

  • 28 November 2024: Pasukan militer dikerahkan melalui bandara menuju Pegunungan Bintang.
  • 2-3 Desember 2024: Tentara Nasional Indonesia (TNI) memulai perjalanan dari kabupaten menuju Distrik Oksop. Berdasarkan kesaksian seorang pendeta Gereja Injili di Indonesia (GIDI), TNI menuju Distrik Oksop melalui jalan setapak yang biasa digunakan masyarakat untuk menuju kebun dan hutan.
  • 4 Desember 2024: Masyarakat di Distrik Oksop menyaksikan kedatangan TNI ke kebun-kebun mereka. TNI juga mulai menempati kantor Distrik Oksop sejak tanggal tersebut.
  • Minggu, 8 Desember 2024: Seluruh warga Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, telah mengungsi ke berbagai titik. Tidak ada satu pun masyarakat yang tinggal di kampung mereka karena aksi yang dilakukan oleh TNI.
  • Militer Masuk ke Distrik Oksop: TNI memasuki Distrik Oksop tidak melalui jalan umum, tetapi melalui jalan-jalan tikus. Sesampainya di ibu kota distrik, mereka tidak menempati kantor distrik atau perumahan sosial yang ada, melainkan mengambil tempat di hutan-hutan. Mereka kemudian mengepung warga sipil yang tinggal di perkampungan dan hutan-hutan yang ditempati oleh masyarakat. Aksi militer ini sangat menakutkan masyarakat, menyebabkan mereka merasa terancam, dan mereka sangat membutuhkan pertolongan dari semua pihak.
  • 9 Desember 2024: TNI kembali melakukan pendorongan pasukan menggunakan helikopter dan menempati Gereja GIDI Efesus Sape di Kampung Mimin. Hingga saat ini, TNI menguasai lima kampung di Distrik Oksop, yang menyebabkan warga mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri. Gereja-gereja, seperti Gereja GIDI dan Gereja Katolik, sedang berupaya mengumpulkan pengungsi.

Penyisiran yang dilakukan oleh militer menyebabkan sejumlah keluarga, termasuk anak-anak, orang dewasa, perempuan, dan lansia, melarikan diri ke hutan karena ketakutan, terutama setelah melihat penembakan brutal yang dilakukan oleh aparat militer di wilayah tersebut. Keadaan ini menciptakan situasi darurat yang mendalam, di mana masyarakat sipil terjebak dalam ketakutan dan kesulitan hidup akibat konflik yang sedang berlangsung.

Kondisi Warga Pengungsi

Warga sipil yang terpaksa mengungsi menunjukkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap perlakuan militer Indonesia, yang mereka anggap sangat tidak manusiawi. Seorang perwakilan dari dua denominasi gereja (Katolik dan Protestan) mengungkapkan, “Desember adalah hari besar bagi kami, orang Kristen. Tetapi tahun ini, kami tidak merasakan kebahagiaan. Kami tidak bisa merayakan kelahiran Sang Juru Selamat dengan sukacita. Ini adalah kado Natal paling buruk yang kami alami dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.”

Kekuatan Militer Yang Dikerahkan di Distrik Oksop

Diperkirakan bahwa kekuatan militer yang dikerahkan berjumlah sekitar 300 personel, dengan pendropan pasukan tahap kedua menggunakan 3 mobil. Namun, jumlah pasti kekuatan militer masih belum dapat dipastikan, karena pasukan terus bertambah. Hal ini semakin memperburuk situasi di lapangan.

Dampak Terhadap Aktivitas Pengungsi

Akibat adanya kekuatan militer yang begitu besar, berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pengungsi menjadi lumpuh total. Beberapa dampak yang sangat dirasakan oleh pengungsi yang berhasil diverifikasi antara lain:

  • Pencarian makanan: Terhambat, karena warga tidak dapat beraktivitas dengan normal.
  • Akses ke pendidikan: Tidak tersedia karena keadaan yang sangat tidak kondusif.
  • Akses ke layanan kesehatan: Terhenti, mengingat medan yang sulit dan ketakutan warga terhadap kehadiran militer.

Situasi ini mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi masyarakat sipil di Kabupaten Pegunungan Bintang. Selain ketakutan yang terus mengintai, warga juga menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk makanan, pendidikan, dan kesehatan. Keadaan ini membutuhkan perhatian dan bantuan segera dari berbagai pihak untuk membantu pengungsi dan mengakhiri kekerasan yang sedang berlangsung.

Laporan Data Pengungsi di Kabupaten Pegunungan Bintang yang Berhasil Diverifikasi

Dalam usaha untuk mendata warga sipil yang menjadi korban, para Hamba Tuhan dan pegiat hak asasi manusia (HAM) menghadapi kendala besar terkait medan yang sulit dan adanya hambatan dari kekuatan militer yang sangat besar. Meskipun demikian, beberapa data pengungsi berhasil diperoleh dari lapangan, yaitu:

  1. Balita: Sekitar 54 orang
  2. Lansia: 23 orang
  3. Ibu Hamil: 5 orang
  4. Pasien berat: 2 orang

Data ini mencerminkan kondisi pengungsi yang sangat rentan, termasuk anak-anak, lansia, ibu hamil, dan mereka yang membutuhkan perawatan medis intensif. Situasi ini menunjukkan tingkat kesulitan yang sangat tinggi bagi masyarakat sipil yang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Dalam pendataan yang dilakukan di beberapa titik, warga sipil tidak menerima dan kecewa terhadap perlakuan militer Indonesia yang sangat tidak manusiawi. Warga pengungsi juga mengatakan bahwa, Desember adalah hari besar bagi kami orang Kristen. Tetapi hari besar (Natal) kali ini kami tidak merasakan bahagia dan menjemput kelahiran sang juru selamat dengan sukacita. Ini merupakan kado Natal paling buruk dari tahun-tahun sebelumnya bagi kami dua denominasi,” ungkap salah satu warga perwakilan dua denominasi gereja (Katolik & Protestan).

Mari kita terus mendoakan situasi mereka di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang. Tuhan memberi perlindungan dan kesehatan.

Video Press Release Departemen Hukum dan HAM GIDI

Pdt. Jimmy Koirewoa, S.Th & Eneko Bahabol

Tuhan Yesus Memberkati, Salam Injili

More From Author

Praktik Sapu Rata Alam Papua

Refleksi – Pembebasan, Solidaritas dan Struktur-Alternatif yang memungkinkan

Tinggalkan Balasan