
Tulisan ini merupakan hasil catatan diskusi yang diorganisir oleh Klub Baca Kritis yang sudah kami edit dan meminta ijin untuk dibagikan.
Alasan Dukungan kepada Israel (Alasan yang sering kali digunakan orang Kristen dalam membenarkan kekerasan yang dilakukan Zionis Israel kepada masyarakat adat di Palestina)
- Israel hari ini adalah kelanjutan dari Israel dalam Alkitab
- Israel adalah bangsa pilihan Allah
- Yerusalem adalah kota Allah yang menjadi tempat kedatangan Kristus kedua kali
- Kecenderungan Islamofobia
- Dan seterusnya…
Apakah Orang Kristen pada Dasarnya Mendukung Israel?
Dalam Perjanjian Baru, keberadaan orang percaya dimaknai sebagai kesinambungan Israel secara teologis“
… engkau telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, … .“ (Roma 11:24)“Namun, kamulah bangsa terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia [Allah].” (1 Petrus 2:9)
Alkitab menggambarkan bahwa identifikasi orang percaya sebagai bagian dari ‘Israel’ adalah partisipasinya dalam karya pemulihan Allah bagi dunia.
Apakah Orang Kristen, secara Sebaliknya, Harus Melawan Israel?
- Kekristenan tidak luput dari pertentangan ideologi, dan bahkan perkembangan kekristenan pun dipengaruhi oleh perkembangan ideologi
- Orang percaya barangkali perlu menyadari bahwa teologi bukanlah entitas monolit (pendekatan tradisional), melainkan situs pertentangan ideologi dan pertemuan serta percampuran dari berbagai disiplin ilmu
- Perlawanan terhadap Israel bukan terletak pada agenda politik identitas (agama, etnis) melainkan pada realitas ekonomi-politik yang mengkondisikannya
- Kelahiran dan keberlangsungan Israel hari ini tidak lepas dari kepentingan imperialis atau kepentingan negara-negara Barat Eropa dan Amerika (Deklarasi Balfour, Mandat Palestina, Nakba buktinya)
- Gil Z. Hochberg: media Barat terus-menerus memfabrikasi (membuat atau menciptakan konten media yang tidak benar) bahwa isu Israel- Palestina adalah konflik antara Arab vs Yahudi, Islam vs Yahudi
Teologi, Pembebasan Nasional, Perjuangan Kelas
- Tercermin dari teologi Kristen yang seringkali merasa takut dalam menempatkan diri ketika berhadapan dengan isu pembebasan nasional
- Misalnya: pro-Palestina tapi curiga terhadap modernisasi Cina
- Meromantisasi perjuangan pembebasan nasional, tetapi curiga terhadap modernisasi setelahnya
- Domenico Losurdo, filsuf Marxis asal Italia, berpendapat bahwa sikap ini memang adalah watak asli kekristenan yang berkembang di Barat dan, dengan demikian, turut mempengaruhi pemikiran progresif, seperti Marxisme Barat
- Bagaimana agar kegamangan ini tidak menguntungkan kaum imperialis? Losurdo, dari pembacaannya atas Manikom, menempatkan pembebasan nasional sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan kelas — dan teologi perlu belajar dari sini
- Perjuangan kelas bersifat universal, pembebasan nasional bersifat spesifik
- Dengan demikian, teologi yang punya solidaritas terhadap Palestina mesti dikerangkakan dalam perjuangan kelas pekerja menuju sosialisme.
Pembebasan Palestina adalah Perlawanan terhadap Imperialisme
- Dukungan terhadap pembebasan Palestina perlu dibarengi dengan apresiasi, atau bahkan dukungan, terhadap negara-negara yang punya kepentingan anti- imperialisme
- Di titik inilah, orang percaya kerapkali mengalami dilema moral dalam mendukung agenda anti-imperialisme: perlawanan dengan kekerasan ataukah nir-kekerasan?
- Bukankah Iran juga menggempur Israel dengan rudal-rudal balistik?
- Aktivitas Cina terhadap Taiwan
- Apa kata Alkitab?
Perlawanan dengan Kekerasan atau Nir-Kekerasan?
Yesus pasifis? (istilah untuk orang yang menganut paham pasifisme, yaitu keyakinan bahwa kekerasan dan perang tidak dapat dibenarkan, dan konflik harus diselesaikan secara damai)
- “… Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5:39)
- “Kata Yesus kepada Petrus, ‘Sarungkanlah pedangmu itu! Tidakkah Aku akan minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?’ ” (Yohanes 18:11)
Yesus keras?
- “Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku- bangku pedagang merpati.” (Matius 21:12)
- Kisah eksodus dalam kitab Keluaran (Perjanjian Lama)
- Pembebasan bangsa budak dari penindasan Mesir
- ‘Kekerasan’ tidak terelakkan
- 10 tulah (hukuman) menimpa Mesir
- Setiap anak sulung segala makhluk Mesir dibunuh
- Angkatan perang Mesir ditenggelamkan oleh Allah di Laut Teberau
Perlawanan dengan Kekerasan atau Nir-Kekerasan?
- Pandangan Alkitab: suara Alkitab beragam dalam menampilkan bentuk perlawanan. Ia secara apa adanya juga menunjukkan sisi kekerasan dalam konteks perlawanan kaum tertindas terhadap penindasnya.
- Losurdo menyoroti para eksponen gerakan nir-kekerasan yang pada praktiknya justru seringkali bertentangan dengan prinsip tersebut
- Kekerasan tidak terhindarkan oleh karena hanya itulah pilihan yang paling mungkin untuk mencapai pembebasan nasional secara permanen
- Uni Soviet vs Jerman
- Cina vs Jepang
- Korea Utara vs Korea Selatan/Amerika Serikat
- Vietnam vs Amerika Serikat
- Rakyat Papua Barat vs Negara Indonesia
Bagaimana Teologi Kristen Berbagian?
- Ada banyak cara untuk berkontribusi dalam pembebasan Palestina, salah satunya adalah melalui kreasi teologi yang berpijak pada kenyataan material
- Juan Luis Segundo: Lingkaran Hermeneutik
- Perubahan realitas mengubah pembacaan atas Alkitab yang olehnya realitas material dapat turut diubah
- Realitas hari ini:
- Konsolidasi Bumi Selatan (de-dolarisasi, BRICS, modernisasi Cina, kebangkitan negara-negara Afrika)
- Negara-negara imperialis yang makin beringas, tapi sejatinya sedang dan semakin merosot
Teologi perlu berpijak pada kenyataan material (Kenyataan kehidupan sehari-hari).
Teologi jenis inilah yang dapat berkontribusi dalam perubahan dunia secara total sebagai partisipasi dalam karya pemulihan Allah bagi dunia.
Amin. Tuhan memberkati 🙏
Catatan Papuansspeak:
Ketika berbicara pembebasan nasional di Palestina masih banyak orang Papua tidak mau membicarakannya. Alasanya seperti yang sudah ditulis di atas “Itu tanah yang dijanjikan Tuhan untuk Bangsa Israel”. Alasan ini tentu saja harus dipertanyakan dengan kritis.
Apakah Tuhan sekejam itu membiarkan jutaan anak di Palestina di bunuh? Ribuan mama yang meninggal akibat bom Israel dan penghancuran sumber kehidupan yang tidak terbanyangkan, apakah itu janji Tuhan? Apakah kita harus diam dan melihat? Bagaimana jika hal ini terjadi di Papua, ketika Tuhan menjanjikan bumi Cendrawasih itu bagi negara Indonesia? Apa yang akan kita lakukan?
Semoga beberapa pertanyaan di atas dapat memantik kesadaran kawan-kawan untuk tidak buta dalam melihat kemanusiaan. Tidak juga memiliki standar ganda, di satu sisi ingin Papua merdeka disisi lain mendukung penjajahan Israel atas bangsa Palestina.
Hal ini juga terjadi di kalangan orang Indonesia, yang menerapkan standar ganda dan nasionalisme sempit. Mendukung kemerdekaan Palestina tapi tidak dengan Papua. Alasanya karena Papua sudah sah menjadi bagian NKRI padahal prosesnya penuh dengan penipuan, rasisme, kekerasan dan pemaksaan.
Oleh sebab itu kami berpendapat peperangan yang sekarang terjadi di Palestina, Papua, Kanaky, Rojava, dan perjuangan demokratis di Indonesia dan di dunia. Adalah murni untuk melawan kepentingan para pemilik modal untuk menguasai jalur perdagangan di laut Gaza, emas di Papua, kekayaan alam di Kanaky dan perjuangan demokratis di Rojava. Negara-negara besar seperti Perancis, Amerika dan Inggris yang paling diuntungkan dalam hal ini, juga elit-elit Zionis di Israel dan Indonesia di Papua.
Agar kita menang tentu saja kita membutuhkan solidaritas tanpa batas yang melampaui kepercayaan, agama, etnis, bangsa, suku dan orientasi gender.